Sejarah Lengkap Pemberontakan DI/TII (1948–1962)
Latar Belakang
Setelah Perjanjian Renville (1948), pasukan TNI harus mundur dari Jawa Barat, menyebabkan daerah ini menjadi kosong dari kekuatan Republik Indonesia.
S.M. Kartosuwiryo, yang awalnya seorang pejuang kemerdekaan, merasa kecewa dengan pemerintah Indonesia dan ingin mendirikan Negara Islam Indonesia (NII).
Pada 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo secara resmi memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat.
Pemerintah Indonesia menolak NII karena bertentangan dengan konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Cara Penumpasan Pemberontakan DI/TII
Pemerintah Indonesia menggunakan berbagai operasi militer untuk menghentikan pemberontakan DI/TII:
Operasi Pagar Betis (1962) → Pasukan TNI dan rakyat mengepung basis pertahanan DI/TII di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat hingga akhirnya menangkap Kartosuwiryo.
Pendekatan Militer & Diplomasi → Di beberapa wilayah, pemerintah menggunakan pendekatan militer dan juga diplomasi, seperti di Aceh dan Kalimantan Selatan.
Eksekusi Kartosuwiryo (1962) → Setelah ditangkap, Kartosuwiryo dijatuhi hukuman mati pada tahun 1962, yang menandai akhir dari DI/TII secara nasional.
Dampak Pemberontakan DI/TII
Mengancam stabilitas negara yang baru merdeka.
Melemahkan perekonomian karena banyak wilayah yang tidak aman.
Mengakibatkan ribuan korban jiwa dari pihak militer dan masyarakat sipil.
Memperkuat peran TNI dalam menjaga keutuhan NKRI.
Kesimpulan
Pemberontakan DI/TII adalah salah satu ancaman terbesar bagi keutuhan NKRI setelah kemerdekaan. Meskipun berhasil ditumpas, ideologi Negara Islam Indonesia (NII) tetap berpengaruh hingga sekarang dan muncul dalam berbagai bentuk gerakan radikal di Indonesia.
Comments
Post a Comment