Liverpool FC: Dari Shankly ke Klopp – Perjalanan Legendaris The Reds
Pendahuluan
Liverpool Football Club bukan sekadar tim sepak bola; ia adalah lambang budaya, semangat, dan kebanggaan masyarakat Merseyside. Dengan semboyan "You'll Never Walk Alone", Liverpool telah menapaki sejarah panjang dari era klasik hingga modern. Dari tangan dingin Bill Shankly yang membangun fondasi, hingga sentuhan brilian Jürgen Klopp yang membangkitkan kembali kejayaan di abad ke-21, inilah kisah lengkap perjalanan The Reds.
Awal Berdiri dan Rivalitas dengan Everton
Liverpool FC lahir pada 15 Maret 1892, dari perpecahan internal di klub Everton yang sebelumnya menyewa stadion Anfield. Ketika Everton pindah ke Goodison Park karena perselisihan dengan pemilik stadion, John Houlding, sang pemilik, mendirikan klub baru bernama Liverpool FC.
Dalam waktu singkat, Liverpool merangkak naik dan memenangkan gelar Liga Divisi Pertama pertamanya pada tahun 1901, dan kembali mengulanginya pada 1906.
Era Sebelum Shankly: Fluktuasi dan Perjuangan
Meski beberapa kali meraih gelar liga, Liverpool belum menjadi kekuatan dominan seperti tetangganya Everton atau tim besar lain seperti Arsenal dan Manchester United. Setelah Perang Dunia II, performa klub merosot. Mereka terdegradasi ke Divisi Dua pada 1954, dan itulah titik awal sebelum revolusi besar dimulai.
Bill Shankly: Sang Revolusioner (1959–1974)
Ketika Bill Shankly ditunjuk pada tahun 1959, Liverpool masih bermain di Divisi Dua. Ia bukan hanya pelatih; ia adalah visioner. Shankly membawa perubahan menyeluruh, dari fasilitas pelatihan, struktur klub, filosofi permainan, hingga membentuk “Boot Room” – ruang diskusi taktik yang melahirkan generasi pelatih legendaris.
Prestasi Shankly:
Promosi ke Divisi Satu (1962)
Juara Liga Inggris (1964, 1966, 1973)
Piala FA (1965 – gelar FA pertama klub)
UEFA Cup (1973 – gelar Eropa pertama)
Shankly membentuk tim tangguh dengan pemain seperti:
Roger Hunt
Ron Yeats
Ian Callaghan
Ian Callaghan
Tommy Smith
Kevin Keegan
Ia juga menanamkan semangat kerja keras dan pengabdian yang menjadi fondasi identitas klub hingga kini.
Bob Paisley dan Puncak Eropa (1974–1983)
Setelah Shankly pensiun secara mengejutkan pada 1974, asistennya Bob Paisley mengambil alih. Banyak yang meragukan Paisley, namun hasilnya luar biasa.
Prestasi Paisley:
6 Gelar Liga Inggris
3 Piala Liga
3 European Cup (1977, 1978, 1981)
UEFA Super Cup (1977)
UEFA Cup (1976)
Ia membangun tim megabintang dengan Kenny Dalglish, Graeme Souness, Alan Hansen, dan Phil Neal. Di era ini, Liverpool mendominasi Eropa dan menjadi klub Inggris tersukses di kompetisi kontinental.
Joe Fagan dan Tragedi Heysel (1983–1985)
Joe Fagan meneruskan sukses dengan menjuarai treble pada musim pertamanya (1983–84): Liga Inggris, Piala Liga, dan European Cup (mengalahkan AS Roma di Roma).
Namun masa jabatannya ternoda oleh Tragedi Heysel (1985), ketika final European Cup melawan Juventus berakhir dengan runtuhnya tembok stadion dan menewaskan 39 suporter — mayoritas fans Italia. UEFA melarang klub Inggris bermain di Eropa selama 5 tahun; Liverpool dilarang 6 tahun. Fagan pensiun.
Kenny Dalglish: Pemain-Manager dan Dominasi Domestik (1985–1991)
Kenny Dalglish diangkat sebagai pemain-manajer dan langsung meraih Double Winner (Liga + FA Cup) 1986. Ia memimpin klub selama era dominasi, memenangi banyak gelar domestik dengan gaya bermain menyerang. Namun tragedi kembali datang: Hillsborough Disaster (1989), ketika 97 fans Liverpool tewas karena desakan di tribun saat semifinal FA Cup. Peristiwa ini mengguncang klub dan Dalglish secara emosional hingga akhirnya ia mundur pada 1991.
Era Setelah Dalglish: Souness, Evans, dan Transisi Modern
Liverpool memasuki masa sulit setelah Dalglish. Manajer seperti:
Graeme Souness: gagal meski memenangkan FA Cup (1992).
Roy Evans: membangun tim menyerang dengan Robbie Fowler dan Steve McManaman, tetapi tak konsisten.
Liverpool mulai tertinggal dari Manchester United yang kini mendominasi Inggris di bawah Alex Ferguson.
Gerard Houllier dan Awal Modernisasi (1998–2004)
Di era Houllier, Liverpool mulai lebih profesional dan modern. Ia membawa pemain seperti Michael Owen, Steven Gerrard, dan Sami Hyypiä.
Puncaknya adalah musim 2000–2001 dengan meraih treble minor:
FA Cup
Piala Liga
UEFA Cup
Houllier meninggalkan fondasi kuat bagi generasi berikutnya.
Rafael Benítez dan Keajaiban Istanbul (2004–2010)
Ketika Rafa Benítez datang dari Valencia, ia membawa pendekatan taktik yang disiplin. Meski hanya finis ke-5 di liga, musim 2004–05 dikenang sepanjang masa.
Final Liga Champions 2005:
Tertinggal 0-3 dari AC Milan di babak pertama.
Dalam 6 menit babak kedua, Liverpool menyamakan kedudukan jadi 3-3.
Akhirnya menang lewat adu penalti.
Kapten Steven Gerrard jadi pahlawan dan pertandingan itu disebut sebagai “The Miracle of Istanbul”.
Benítez juga membawa Liverpool ke final 2007 (kalah dari Milan), dan meraih posisi runner-up Premier League 2008–09 dengan 86 poin.
Periode Kelam dan Krisis Kepemilikan (2010–2015)
Setelah Benítez, klub mengalami masa krisis:
Roy Hodgson gagal total.
Fenway Sports Group (FSG) mengambil alih dari pemilik lama (Tom Hicks & George Gillett).
Kenny Dalglish kembali dan memenangkan Piala Liga 2012, tapi performa liga buruk.
Brendan Rodgers (2012–2015) hampir membawa Liverpool juara liga 2013–14 dengan duet Luis Suárez dan Daniel Sturridge, namun terpeleset di akhir musim.
Pada Oktober 2015, Liverpool menunjuk Jürgen Klopp, pelatih asal Jerman yang membangun kejayaan di Borussia Dortmund. Ia datang dengan gaya “Gegenpressing” dan filosofi “Heavy Metal Football”.
Membangun Tim Baru:
Klopp mendatangkan pemain seperti Mohamed Salah, Sadio Mané, Virgil van Dijk, Alisson Becker, dan Trent Alexander-Arnold.
Ia membangun tim pekerja keras, menyerang cepat, dan disiplin tinggi.
Liga Champions 2019:
Setelah kalah di final 2018 dari Real Madrid, Liverpool bangkit dan menjuarai Liga Champions 2019 dengan mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0.
Premier League 2020:
Liverpool akhirnya menjuarai Liga Inggris untuk pertama kali dalam 30 tahun.
Mereka memecahkan banyak rekor, termasuk kemenangan beruntun dan selisih poin besar di puncak klasemen.
Klopp mengembalikan Liverpool ke puncak sepak bola dunia.
Setelah musim 2020–2021 penuh cedera, Liverpool bangkit di 2021–22, hampir meraih quadruple, namun kalah tipis dari Manchester City dan Real Madrid di dua kompetisi.
Musim 2023–2024 menjadi musim terakhir Klopp setelah ia mengumumkan pengunduran dirinya. Ia meninggalkan warisan besar:
Kedatangan Jürgen Klopp: Kelahiran Kembali
Pada Oktober 2015, Liverpool menunjuk Jürgen Klopp, pelatih asal Jerman yang membangun kejayaan di Borussia Dortmund. Ia datang dengan gaya “Gegenpressing” dan filosofi “Heavy Metal Football”.
Membangun Tim Baru:
Klopp mendatangkan pemain seperti Mohamed Salah, Sadio Mané, Virgil van Dijk, Alisson Becker, dan Trent Alexander-Arnold.
Ia membangun tim pekerja keras, menyerang cepat, dan disiplin tinggi.
Puncak Era Klopp: 2019–2020
Liga Champions 2019:
Setelah kalah di final 2018 dari Real Madrid, Liverpool bangkit dan menjuarai Liga Champions 2019 dengan mengalahkan Tottenham Hotspur 2-0.
Premier League 2020:
Liverpool akhirnya menjuarai Liga Inggris untuk pertama kali dalam 30 tahun.
Mereka memecahkan banyak rekor, termasuk kemenangan beruntun dan selisih poin besar di puncak klasemen.
Klopp mengembalikan Liverpool ke puncak sepak bola dunia.
Masa Kini dan Masa Depan Liverpool
Setelah musim 2020–2021 penuh cedera, Liverpool bangkit di 2021–22, hampir meraih quadruple, namun kalah tipis dari Manchester City dan Real Madrid di dua kompetisi.
Musim 2023–2024 menjadi musim terakhir Klopp setelah ia mengumumkan pengunduran dirinya. Ia meninggalkan warisan besar:
1 Premier League
1 Liga Champions
1 FA Cup
1 Liga Champions
1 FA Cup
1 Piala Liga
1 Community Shield
1 UEFA Super Cup
1 FIFA Club World Cup
Kini Liverpool bersiap masuk era baru di bawah pelatih baru (Arne Slot) dengan harapan bisa mempertahankan filosofi kerja keras dan sepak bola atraktif.
Liverpool FC telah melalui segala hal: masa emas, tragedi, kebangkitan, dan kejayaan modern. Dari Bill Shankly yang membangun fondasi, hingga Jürgen Klopp yang menghidupkan kembali roh klub, Liverpool tetap menjadi simbol harapan dan semangat pantang menyerah. Di setiap dekade, The Reds menunjukkan bahwa mereka lebih dari sekadar tim; mereka adalah keluarga, sejarah, dan jiwa kota Liverpool. Satu hal yang pasti: You'll Never Walk Alone bukan hanya nyanyian, tapi janji abadi yang terus menginspirasi.
1 Community Shield
1 UEFA Super Cup
1 FIFA Club World Cup
Kini Liverpool bersiap masuk era baru di bawah pelatih baru (Arne Slot) dengan harapan bisa mempertahankan filosofi kerja keras dan sepak bola atraktif.
Kesimpulan
Liverpool FC telah melalui segala hal: masa emas, tragedi, kebangkitan, dan kejayaan modern. Dari Bill Shankly yang membangun fondasi, hingga Jürgen Klopp yang menghidupkan kembali roh klub, Liverpool tetap menjadi simbol harapan dan semangat pantang menyerah. Di setiap dekade, The Reds menunjukkan bahwa mereka lebih dari sekadar tim; mereka adalah keluarga, sejarah, dan jiwa kota Liverpool. Satu hal yang pasti: You'll Never Walk Alone bukan hanya nyanyian, tapi janji abadi yang terus menginspirasi.
Comments
Post a Comment