Sejarah Lengkap Hari Anak Nasional di Indonesia
Penetapan Hari Anak Nasional tidak muncul begitu saja. Ia merupakan bagian dari perjalanan panjang kesadaran hukum dan sosial atas pentingnya hak anak dalam sistem kenegaraan. Berikut uraian sejarah lengkap tentang Hari Anak Nasional di Indonesia.
Latar Belakang dan Gagasan Awal
Kesadaran akan pentingnya perlindungan anak di Indonesia mulai mencuat secara serius sejak dekade 1970-an. Pada masa itu, dunia internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan UNICEF telah mengampanyekan berbagai upaya untuk menjamin kesejahteraan dan hak-hak anak.
Pemerintah Indonesia turut menanggapi perkembangan ini dengan menyusun kebijakan hukum yang memberikan perlindungan kepada anak. Kesadaran ini mendorong lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Undang-undang tersebut menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya negara secara eksplisit menyatakan bahwa anak adalah amanah Tuhan, memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya, dan memiliki hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang secara wajar.
Untuk memperkuat makna dan implementasi dari undang-undang tersebut, Presiden Soeharto kemudian menetapkan tanggal 23 Juli sebagai Hari Anak Nasional. Penetapan ini dilakukan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984.
Makna Penetapan Tanggal 23 Juli
Tanggal 23 Juli dipilih sebagai Hari Anak Nasional karena bertepatan dengan tanggal pengesahan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Tanggal tersebut menjadi simbol komitmen negara dalam memperhatikan hak-hak anak secara sistemik.
Hari Anak Nasional bukan sekadar hari untuk anak-anak bermain atau mengikuti lomba, melainkan merupakan momentum untuk meningkatkan kepedulian seluruh elemen bangsa terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak. Ini mencakup hak untuk memperoleh pendidikan, perlindungan dari kekerasan, bebas dari diskriminasi, serta hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial secara aktif.
Tujuan Peringatan Hari Anak Nasional
Peringatan Hari Anak Nasional bertujuan untuk memperkuat kesadaran berbagai pihak, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, institusi pendidikan, keluarga, hingga masyarakat luas terhadap pentingnya menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan mendukung bagi tumbuh kembang anak.
Secara umum, tujuan peringatan Hari Anak Nasional mencakup beberapa poin berikut:
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak anak dan pentingnya perlindungan anak.
Mendorong partisipasi anak dalam kehidupan sosial dan kebijakan publik yang menyangkut kehidupan mereka.
Mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan lingkungan ramah anak.
Menjadi momen evaluasi terhadap kondisi anak di Indonesia, baik dari sisi kesejahteraan, pendidikan, maupun perlindungan hukum.
Perkembangan Peringatan Hari Anak Nasional
Peringatan Hari Anak Nasional mengalami perkembangan signifikan dari masa ke masa. Pada awal penetapannya di era Orde Baru, kegiatan yang dilakukan masih bersifat seremonial dan simbolik. Umumnya, peringatan dilakukan dengan mengadakan lomba menggambar, menyanyi, pentas seni, dan kegiatan sejenis di sekolah-sekolah atau tingkat kecamatan hingga nasional.
Memasuki era Reformasi, pendekatan terhadap isu anak menjadi lebih luas dan mendalam. Pemerintah dan masyarakat mulai menaruh perhatian yang lebih besar terhadap isu-isu krusial seperti kekerasan terhadap anak, eksploitasi anak, pekerja anak, pernikahan usia dini, anak jalanan, dan perlindungan anak dalam konflik sosial dan bencana.
Forum Anak Nasional mulai dibentuk di berbagai daerah sebagai wadah bagi anak-anak untuk menyampaikan aspirasi, berpendapat, dan dilibatkan dalam musyawarah tentang isu anak. Peringatan Hari Anak Nasional pun berkembang menjadi ajang pendidikan, kampanye sosial, dialog publik, hingga penguatan kebijakan.
Tema Hari Anak Nasional
Setiap tahun, pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menetapkan tema berbeda untuk memperingati Hari Anak Nasional. Tema tersebut disesuaikan dengan tantangan dan kondisi sosial yang sedang dihadapi anak-anak Indonesia.
Berikut beberapa contoh tema Hari Anak Nasional dari beberapa tahun terakhir:
Tahun 2020: Anak Terlindungi, Indonesia Maju
Tahun 2021: Anak Terlindungi, Indonesia Tangguh
Tahun 2022: Anak Terlindungi, Indonesia Maju
Tahun 2023: Anak Indonesia Bangkit, Bergerak, Berderap, Serentak
Tema-tema tersebut menjadi dasar dalam penyusunan program dan kegiatan yang melibatkan anak, serta dalam perencanaan kebijakan perlindungan anak selama tahun berjalan.
Bentuk Kegiatan Peringatan Hari Anak Nasional
Peringatan Hari Anak Nasional dilaksanakan secara beragam di berbagai wilayah Indonesia. Bentuk kegiatan yang biasa dilakukan antara lain:
Festival Anak dan pentas seni budaya anak
Lomba kreativitas seperti menggambar, menulis puisi, membuat vlog, dan mendongeng
Dialog publik antara anak dan pemangku kebijakan
Audiensi Forum Anak dengan kepala daerah atau Presiden
Sosialisasi hak anak di media sosial dan media massa
Peluncuran kebijakan atau program khusus anak
Pemberian penghargaan kepada Kabupaten/Kota Layak Anak
Kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan anak-anak sebagai peserta, tetapi juga sebagai subjek aktif yang menyuarakan kebutuhan dan harapan mereka.
Hari Anak Nasional dan Hari Anak Internasional
Hari Anak Nasional berbeda dengan Hari Anak Internasional yang diperingati setiap tanggal 20 November. Hari Anak Internasional ditetapkan oleh PBB untuk memperingati Konvensi Hak Anak tahun 1989, sedangkan Hari Anak Nasional bersifat nasional dan disesuaikan dengan konteks hukum dan sosial di Indonesia.
Keduanya memiliki tujuan yang serupa, yaitu mendorong perlindungan hak anak, namun peringatannya dilakukan secara terpisah dan melalui jalur kebijakan yang berbeda.
Tantangan Perlindungan Anak di Indonesia
Meskipun Hari Anak Nasional telah diperingati secara rutin sejak tahun 1984, anak-anak di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Beberapa masalah yang masih sering ditemukan antara lain:
Kekerasan terhadap anak, baik fisik, emosional, maupun seksual
Anak yang terpaksa bekerja demi membantu ekonomi keluarga
Pernikahan dini yang mengancam kesehatan dan pendidikan anak perempuan
Anak-anak yang tidak memiliki akses pendidikan layak
Anak korban konflik, bencana alam, atau pengungsian
Keberadaan Hari Anak Nasional menjadi pengingat bahwa perjuangan melindungi anak tidak berhenti hanya pada deklarasi, tetapi harus diteruskan melalui aksi nyata dan kebijakan yang berpihak kepada anak.
Penutup
Hari Anak Nasional adalah cerminan komitmen bangsa dalam membangun masa depan yang lebih baik melalui perlindungan dan pemenuhan hak anak. Sejak penetapannya pada tahun 1984, HAN telah menjadi simbol kepedulian negara terhadap generasi penerusnya.
Melalui peringatan Hari Anak Nasional setiap tanggal 23 Juli, masyarakat diingatkan kembali bahwa anak bukan hanya objek perlindungan, melainkan juga subjek yang memiliki hak untuk dihargai, dilibatkan, dan dilindungi secara penuh.
Komitmen ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga keluarga, sekolah, dan seluruh elemen masyarakat. Sebab anak hari ini adalah pemimpin masa depan. Cara sebuah bangsa memperlakukan anak-anaknya adalah cermin dari kemajuan dan peradabannya.
Jika anak-anak terlindungi, maka masa depan Indonesia akan lebih kuat dan bermartabat.
Comments
Post a Comment