Sejarah Lengkap Krisis Ekonomi Hebat (1929) - Krisis ekonomi besar yang memicu Depresi Besar.

Krisis Ekonomi Hebat yang terjadi pada tahun 1929 adalah salah satu bencana ekonomi terbesar dalam sejarah modern, yang memicu Depresi Besar (Great Depression), sebuah periode krisis ekonomi global yang berlangsung selama lebih dari satu dekade. Krisis ini tidak hanya mengguncang ekonomi Amerika Serikat tetapi juga berdampak besar pada ekonomi di seluruh dunia, menyebabkan pengangguran massal, kebangkrutan, dan perubahan besar dalam kebijakan ekonomi.
Latar Belakang Krisis
Untuk memahami Krisis Ekonomi Hebat tahun 1929, penting untuk melihat beberapa faktor yang menjadi penyebabnya: Ekonomi Pasca Perang Dunia I: Setelah Perang Dunia I, ekonomi global mengalami periode pertumbuhan yang pesat, terutama di Amerika Serikat, yang menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Namun, pertumbuhan ini disertai oleh spekulasi keuangan yang tidak terkendali, terutama di pasar saham.
Spekulasi di Pasar Saham: Selama tahun 1920-an, banyak orang Amerika, baik investor besar maupun individu, mulai berinvestasi di pasar saham. Banyak dari mereka membeli saham dengan meminjam uang (dengan "margin"), berharap harga saham akan terus naik dan mereka akan mendapatkan keuntungan besar. Spekulasi ini menyebabkan harga saham melambung jauh di atas nilai riil perusahaan, menciptakan gelembung ekonomi yang sangat rapuh.
Ketidakseimbangan Ekonomi: Meskipun ada pertumbuhan ekonomi yang pesat, tidak semua sektor ekonomi mengalami keuntungan yang sama. Sektor pertanian, misalnya, mengalami kesulitan besar karena harga hasil pertanian jatuh setelah perang. Selain itu, ketimpangan pendapatan meningkat, dengan kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang kaya, sementara banyak orang lain berjuang untuk bertahan hidup.
Kebijakan Moneter yang Ketat: Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, mulai memperketat kebijakan moneter pada akhir 1920-an untuk mengendalikan inflasi dan spekulasi di pasar saham. Kebijakan ini, yang melibatkan kenaikan suku bunga, memperburuk situasi dengan membuat kredit lebih mahal dan sulit didapat.
Kejatuhan Pasar Saham 1929
Krisis dimulai dengan kejatuhan pasar saham di Wall Street, yang sering disebut sebagai Wall Street Crash atau Black Tuesday: Black Thursday (24 Oktober 1929): Tanda-tanda pertama krisis muncul pada Kamis, 24 Oktober 1929, ketika harga saham mulai jatuh tajam. Pada hari itu, lebih dari 12 juta saham diperdagangkan, dan kepanikan mulai menyebar di kalangan investor. Upaya beberapa bank besar untuk menstabilkan pasar hanya memberikan dampak sementara.
Black Monday (28 Oktober 1929): Setelah akhir pekan, pada Senin, 28 Oktober, pasar saham kembali jatuh, dengan Dow Jones Industrial Average turun sekitar 13%. Kepanikan terus meningkat karena lebih banyak investor berusaha menjual saham mereka. Black Tuesday (29 Oktober 1929): Puncak krisis terjadi pada hari Selasa, 29 Oktober 1929, yang dikenal sebagai Black Tuesday. Pada hari itu, sekitar 16 juta saham diperdagangkan, dan pasar saham mengalami penurunan yang sangat tajam. Nilai saham-saham besar hancur, dan kekayaan bernilai miliaran dolar lenyap dalam semalam.
Dampak Langsung dan Jangka Panjang
Kejatuhan pasar saham pada tahun 1929 bukanlah penyebab tunggal Depresi Besar, tetapi menjadi pemicu yang memicu serangkaian peristiwa ekonomi yang lebih luas: Kebangkrutan dan Penutupan Bank: Setelah kejatuhan pasar saham, banyak perusahaan dan bank mengalami kerugian besar, yang menyebabkan gelombang kebangkrutan. Banyak bank tidak dapat mengembalikan dana nasabahnya, yang menyebabkan kepanikan bank (bank runs), di mana orang-orang bergegas menarik tabungan mereka. Ribuan bank di seluruh Amerika Serikat tutup, menyebabkan hilangnya tabungan hidup banyak orang.
Pengangguran Massal: Seiring dengan jatuhnya ekonomi, tingkat pengangguran meningkat secara drastis. Pada puncaknya, sekitar 25% angkatan kerja Amerika Serikat menganggur. Di banyak negara lain, situasi tidak jauh berbeda. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan rumah mereka, menyebabkan penderitaan besar dan kemiskinan yang meluas.
Penurunan Produksi dan Perdagangan Global: Depresi menyebabkan penurunan produksi industri dan pertanian secara besar-besaran. Perdagangan global juga menurun tajam karena negara-negara menerapkan kebijakan proteksionis, seperti Tarif Smoot-Hawley pada tahun 1930, yang meningkatkan tarif impor dan memperburuk krisis.
Krisis di Eropa dan Seluruh Dunia: Krisis ekonomi dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, memengaruhi negara-negara Eropa yang masih berusaha pulih dari dampak Perang Dunia I. Pengangguran dan kemiskinan meningkat di seluruh benua, yang pada gilirannya berkontribusi pada ketidakstabilan politik.
Respon Pemerintah dan Kebijakan Baru
Respon awal pemerintah, baik di Amerika Serikat maupun di negara-negara lain, tidak cukup untuk menghentikan depresi: Kebijakan Herbert Hoover: Presiden Amerika Serikat saat itu, Herbert Hoover, awalnya mencoba untuk mengatasi krisis dengan kebijakan yang bersifat konservatif, seperti menjaga anggaran yang seimbang dan mendorong sektor swasta untuk membantu memulihkan ekonomi. Namun, kebijakan ini dianggap tidak memadai oleh banyak pihak, dan krisis terus memburuk.
New Deal oleh Franklin D. Roosevelt: Pada tahun 1933, Franklin D. Roosevelt terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat dan meluncurkan serangkaian program yang dikenal sebagai New Deal. New Deal bertujuan untuk memberikan bantuan langsung kepada orang-orang yang terkena dampak depresi, reformasi untuk mencegah krisis di masa depan, dan pemulihan ekonomi melalui proyek-proyek pekerjaan umum, reformasi perbankan, dan regulasi pasar keuangan.
Perubahan Global dalam Kebijakan Ekonomi: Di banyak negara, Depresi Besar mendorong perubahan besar dalam kebijakan ekonomi, termasuk peningkatan intervensi pemerintah dalam ekonomi dan pergeseran menuju kebijakan ekonomi yang lebih terencana. Di beberapa negara, seperti Jerman dan Italia, krisis ekonomi juga berkontribusi pada naiknya rezim otoriter yang menjanjikan stabilitas melalui kontrol yang lebih ketat atas ekonomi.
Dampak Jangka Panjang
Depresi Besar memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada ekonomi dan politik global: Pengaruh Terhadap Perang Dunia II: Krisis ekonomi yang meluas dan ketidakpuasan sosial berkontribusi pada naiknya rezim fasis di Eropa, seperti Nazi di Jerman, yang pada gilirannya menyebabkan pecahnya Perang Dunia II.
Pembentukan Sistem Keuangan Global Baru: Setelah Perang Dunia II, pengalaman Depresi Besar mendorong pembentukan sistem keuangan global baru, termasuk pembentukan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, serta sistem Bretton Woods yang bertujuan untuk mencegah terulangnya krisis ekonomi global.
Perubahan dalam Pemikiran Ekonomi: Depresi Besar membawa perubahan besar dalam pemikiran ekonomi, dengan munculnya ekonomi Keynesian, yang menekankan pentingnya intervensi pemerintah dalam mengelola ekonomi dan menjaga stabilitas melalui kebijakan fiskal dan moneter yang aktif.
Kesimpulan
Krisis Ekonomi Hebat tahun 1929 dan Depresi Besar yang menyusul adalah peristiwa ekonomi yang sangat berpengaruh dalam sejarah dunia. Krisis ini mengubah cara negara-negara memahami dan mengelola ekonomi mereka, mendorong peningkatan peran pemerintah dalam ekonomi, dan menciptakan kondisi yang akhirnya mengarah pada Perang Dunia II. Dampaknya terasa hingga hari ini, dengan pelajaran dari krisis tersebut masih relevan dalam memahami dinamika ekonomi global dan kebijakan yang diperlukan untuk mencegah krisis serupa di masa depan.
Comments
Post a Comment