Sejarah Lengkap Inter Milan: Kebanggaan Biru-Hitam Kota Milan
Lahirnya Inter Milan (1908–1920-an)
Inter Milan didirikan pada 9 Maret 1908, oleh sekelompok pendukung dan mantan anggota AC Milan yang tidak setuju dengan kebijakan klub tersebut yang saat itu menolak menggunakan pemain asing. Nama "Internazionale" mencerminkan prinsip pendiriannya—sebuah klub yang terbuka bagi pemain dari seluruh dunia. Warna biru dan hitam dipilih untuk mewakili malam dan langit, simbol elegan dan kekuatan.
Inter langsung mencatat prestasi dengan menjuarai Scudetto pertama pada tahun 1910. Klub ini terus tumbuh meskipun Italia saat itu mengalami gejolak politik dan Perang Dunia I.
Masa Fasis dan Pergantian Nama (1920–1945)
Pada masa fasisme di Italia, Inter sempat dipaksa mengubah nama menjadi Ambrosiana-Inter, mengikuti tekanan pemerintah Mussolini untuk meng-Italia-kan semua nama institusi. Namun semangat dan identitas klub tetap terjaga. Mereka berhasil meraih beberapa gelar domestik, termasuk Scudetto tahun 1930 dan 1938.
Pasca Perang Dunia II, klub kembali menggunakan nama Internazionale, menandai kembalinya Inter sebagai kekuatan besar di sepak bola Italia.
Era Keemasan La Grande Inter (1950–1960-an)
Salah satu masa paling gemilang dalam sejarah Inter terjadi di bawah kepemimpinan pelatih legendaris Helenio Herrera. Dikenal dengan filosofi permainan "catenaccio"—pertahanan kuat dan serangan balik mematikan—Inter mendominasi Eropa dan Italia.
Dengan pemain-pemain hebat seperti Sandro Mazzola, Giacinto Facchetti, Luis Suárez, dan Tarcisio Burgnich, Inter memenangkan dua Piala Champions (1964 dan 1965) secara beruntun serta dua gelar Serie A (1963 dan 1965). Klub juga menjuarai Piala Interkontinental pada tahun yang sama, mengukuhkan status mereka sebagai klub terbaik dunia saat itu.
Era ini dikenang sebagai "La Grande Inter", yang masih jadi kebanggaan tifosi hingga hari ini.
Pasang Surut dan Ketegangan Rivalitas (1970–1990-an)
Setelah era emas, Inter memasuki masa fluktuatif. Meski masih menjadi pesaing kuat, prestasi mereka tidak seimpresif sebelumnya. Inter meraih Scudetto 1971 dan 1989, serta beberapa Coppa Italia. Rivalitas dengan AC Milan dan Juventus memanas pada era ini.
Meski dominasi Juventus dan Milan meningkat, Inter tetap menjadi klub populer dengan fanbase setia. Klub juga dikenal karena mendatangkan bintang-bintang internasional seperti Karl-Heinz Rummenigge, Lothar Matthäus, dan Jürgen Klinsmann.
Era Ronaldo dan Perjuangan di Era Modern (1997–2004)
Akhir 1990-an ditandai dengan kehadiran pemain legendaris Ronaldo Nazário, yang membawa semangat baru bagi Inter meski dilanda cedera. Klub meraih Piala UEFA 1998, tetapi gagal bersaing secara konsisten di Serie A.
Meski memiliki skuad bertabur bintang, termasuk Christian Vieri, Javier Zanetti, dan Adriano, Inter justru sering kalah dalam perburuan gelar. Masa ini penuh dengan kekecewaan, namun tetap menjadi bagian penting dalam perjalanan klub.
Era Kejayaan Baru: Treble Musim 2009–2010
Puncak sejarah modern Inter datang di bawah pelatih José Mourinho. Pada musim 2009–2010, Inter membuat sejarah dengan menjadi klub Italia pertama yang meraih treble: Scudetto, Coppa Italia, dan Liga Champions dalam satu musim.
Didukung pemain-pemain seperti Diego Milito, Wesley Sneijder, Maicon, Samuel Eto'o, dan kapten abadi Javier Zanetti, Inter mengalahkan Bayern München 2-0 di final Liga Champions dan menorehkan salah satu prestasi paling monumental dalam sejarah sepak bola Eropa.
Setelah kejayaan itu, Inter mengalami penurunan performa. Klub gagal lolos ke Liga Champions selama beberapa musim dan berganti-ganti pelatih. Masa transisi ini juga terjadi di level manajemen, termasuk penjualan klub oleh keluarga Moratti kepada pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir, kemudian ke konglomerat Tiongkok, Suning Holdings Group.
Meski sempat terpuruk, fondasi baru mulai dibangun dengan mendatangkan pemain muda dan pelatih seperti Luciano Spalletti.
Inter kembali ke jalur juara di era Antonio Conte, yang membawa mereka meraih Scudetto pada musim 2020–2021, mematahkan dominasi Juventus selama sembilan musim. Striker Romelu Lukaku dan Lautaro Martínez menjadi duet maut, sementara pertahanan dikomandoi oleh Milan Škriniar dan Alessandro Bastoni.
Di bawah Simone Inzaghi, Inter terus kompetitif di Serie A dan Eropa. Musim 2022–2023, Inter mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2010, meski kalah tipis dari Manchester City.
Dengan sejarah penuh pasang surut, Inter Milan tetap menjadi simbol kekuatan, loyalitas, dan semangat internasional dalam sepak bola Italia. Dari La Grande Inter hingga era treble Mourinho, dan kebangkitan modern yang sedang berlangsung, Inter terus menjadi klub yang dicintai jutaan tifosi di seluruh dunia.
Krisis dan Rebuild (2011–2018)
Setelah kejayaan itu, Inter mengalami penurunan performa. Klub gagal lolos ke Liga Champions selama beberapa musim dan berganti-ganti pelatih. Masa transisi ini juga terjadi di level manajemen, termasuk penjualan klub oleh keluarga Moratti kepada pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir, kemudian ke konglomerat Tiongkok, Suning Holdings Group.
Meski sempat terpuruk, fondasi baru mulai dibangun dengan mendatangkan pemain muda dan pelatih seperti Luciano Spalletti.
Kebangkitan di Bawah Antonio Conte dan Simone Inzaghi (2019–Sekarang)
Inter kembali ke jalur juara di era Antonio Conte, yang membawa mereka meraih Scudetto pada musim 2020–2021, mematahkan dominasi Juventus selama sembilan musim. Striker Romelu Lukaku dan Lautaro Martínez menjadi duet maut, sementara pertahanan dikomandoi oleh Milan Škriniar dan Alessandro Bastoni.
Di bawah Simone Inzaghi, Inter terus kompetitif di Serie A dan Eropa. Musim 2022–2023, Inter mencapai final Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2010, meski kalah tipis dari Manchester City.
Dengan sejarah penuh pasang surut, Inter Milan tetap menjadi simbol kekuatan, loyalitas, dan semangat internasional dalam sepak bola Italia. Dari La Grande Inter hingga era treble Mourinho, dan kebangkitan modern yang sedang berlangsung, Inter terus menjadi klub yang dicintai jutaan tifosi di seluruh dunia.
Comments
Post a Comment